Sebuah majalah di AS pernah menerbitkan sebuah laporan penelitian berjudul "perasaan tidak menyenangkan dapat menimbulkan racun". Isi terkait menyebutkan, "Di laboratorium psikologi, menunjukkan niat buruk manusia, dapat menyebabkan perubahan kimia secara fisiologis, yang mengakibatkan suatu racun meresap ke dalam darah."
Seseorang dalam kondisi mental yang normal, dimana jika mengembuskan kelegaan (hatinya) ke dalam secangkir es, ia akan mengembun, dan itu merupakan suatu benda transparan tak berwarna. Namun, begitu suasana hatinya dalam keadaaan marah, benci, murka, iri, maka benda yang mengembun itu akan menunjukkan warna yang berbeda, dan jika dianalisis secara kimia, maka hasilnya akan tampak mengandung racun.
Sementara artikel lain terkait ditulis oleh Dr William (mantan kepala Food Inspection Agency) di Amerika. Dalam artikel terkait disebutkan, "Ketakutan dan teror, dapat menyebabkan suatu cairan tertentu di dalam tubuh menjadi racun, meresap ke dalam organ, sehingga mengakibatkan rusaknya jaringan tubuh, lalu timbul penyakit. Sebaliknya, jika suasana hati seseorang itu selalu ceria dan gembira!", selalu berpikiran positif (niat baik), dapat membuat cairan itu menjadi bersih dan bening, sehingga menghasilkan perubahan fisiologis, dan mendapatkan kebahagiaan serta kesehatan spiritual."
Jika Anda bertanya mengapa bisa berefek sedemikian rupa? Hal ini tergolong "ilmu esok hari". Saat ini, masih ada lagi sebuah fenomena misterius yang membingungkan.
Salah seorang ilmuwan mengatakan, bahwa kondensat yang lahir dari rasa dengki, kerap dapat menjadi racun kematian dalam beberapa menit bagi seekor Cavia (Tikus Belanda). Ketika seorang ibu menyusui anaknya dalam keadaan marah, maka sang bayi kerap akan muntah. Secara ilmiah bahkan juga menunjukkan, bahwa kecemasan dapat merusak kesehatan manusia. Sebaliknya, suasana hati bahagia, akan menghasilkan zat kimia yang bermafaat bagi tubuh manusia itu sendiri, yang dapat merangsang pertumbuhan sel dan energi. (bayvoice/jhon/ran)
Seseorang dalam kondisi mental yang normal, dimana jika mengembuskan kelegaan (hatinya) ke dalam secangkir es, ia akan mengembun, dan itu merupakan suatu benda transparan tak berwarna. Namun, begitu suasana hatinya dalam keadaaan marah, benci, murka, iri, maka benda yang mengembun itu akan menunjukkan warna yang berbeda, dan jika dianalisis secara kimia, maka hasilnya akan tampak mengandung racun.
Sementara artikel lain terkait ditulis oleh Dr William (mantan kepala Food Inspection Agency) di Amerika. Dalam artikel terkait disebutkan, "Ketakutan dan teror, dapat menyebabkan suatu cairan tertentu di dalam tubuh menjadi racun, meresap ke dalam organ, sehingga mengakibatkan rusaknya jaringan tubuh, lalu timbul penyakit. Sebaliknya, jika suasana hati seseorang itu selalu ceria dan gembira!", selalu berpikiran positif (niat baik), dapat membuat cairan itu menjadi bersih dan bening, sehingga menghasilkan perubahan fisiologis, dan mendapatkan kebahagiaan serta kesehatan spiritual."
Jika Anda bertanya mengapa bisa berefek sedemikian rupa? Hal ini tergolong "ilmu esok hari". Saat ini, masih ada lagi sebuah fenomena misterius yang membingungkan.
Salah seorang ilmuwan mengatakan, bahwa kondensat yang lahir dari rasa dengki, kerap dapat menjadi racun kematian dalam beberapa menit bagi seekor Cavia (Tikus Belanda). Ketika seorang ibu menyusui anaknya dalam keadaan marah, maka sang bayi kerap akan muntah. Secara ilmiah bahkan juga menunjukkan, bahwa kecemasan dapat merusak kesehatan manusia. Sebaliknya, suasana hati bahagia, akan menghasilkan zat kimia yang bermafaat bagi tubuh manusia itu sendiri, yang dapat merangsang pertumbuhan sel dan energi. (bayvoice/jhon/ran)