Para ilmuwan menganggap ‘energi gelap’ adalah kekuatan pendorong dibalik
pengembangan alam semesta, namun, tidak diketahui apa sebenarnya
“energi gelap” itu. Tampak dalam gambar adalah galaksi spiral NGC 1365
yang jauhnya 60 juta tahun cahaya dari bumi. (DES Project)
Para ilmuwan mengetahui bahwa alam semesta sedang mengalami pengembangan yang lebih cepat. Menurut mereka 'energi gelap' adalah kekuatan pendorong di balik pengembangannya. Namun, tidak diketahui apa sebenarnya 'energi gelap' itu, sehingga berpaling ke doktrin kuno.
Beberapa sarjana telah menghidupkan kembali konsep 'ether' atau 'quintessence'(Intisari-unsur ke-5) filsuf Yunani kuno. Menurut orang zaman dahulu kala, ether adalah suatu unsur yang murni dan berasal dari surga yang berkesinambungan, berbeda dengan ke-4 unsur lainnya yang membentuk dunia.
Dalam sebuah artikel terkait NASA mengatakan, "Jika ether adalah energi gelap, kita tidak tahu bagaimana rupanya, kita juga tidak tahu materi apa yang berinteraksi dengannya, dan lebih tidak tahu lagi mengapa ia bisa eksis. Karena itu, energi gelap yang akan berkelanjutan merupakan sebuah misteri."
Teori ether modern akan menjadikannya sebagai suatu energi yang terus berubah di lokasi dan waktu yang berbeda. Einstein juga pernah menyebutkan suatu energi ruang yang terjadi dengan cara yang tidak pernah kami amati. Sampai ketika para sarjana mulai meneliti pengembangan alam semesta, mereka baru menyadari bahwa teori gravitasi Einstein mungkin perlu direvisi. Teori gravitasi yang ada sekarang mungkin tidak bisa secara akurat menggambarkan daya tarik antara objek.
Dalam sebuah artikel dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics yang diberikan kepada NASA mengatakan, "Para sarjana umumnya enggan merevisi hukum fisika yang ada sekarang, terutama teori gravitasi Einstein. Namun, beberapa ilmuwan terkemuka kini sedang memeriksa kemungkinan perlunya revisi terhadap teori (Einstein) yang dihormati ini."
Artikel itu lebih lanjut menyebutkan, tidak peduli apa itu energi gelap, namun, massanya yang sudah diketahui menempati 68% di alam semesta. Sedangkan massa misterius (dark matter) lainnya menempati 27%, menyisakan segudang masalah bagi kita. Kita hanya bisa menyelami massa yang hanya tersisa 5% itu. Ini juga hanya suatu gambaran terhadap alam semesta yang sudah diketahui. Alam semesta kemungkinan juga merupakan sebutir pasir yang luas di padang pasir. (joni/rahab)
Para ilmuwan mengetahui bahwa alam semesta sedang mengalami pengembangan yang lebih cepat. Menurut mereka 'energi gelap' adalah kekuatan pendorong di balik pengembangannya. Namun, tidak diketahui apa sebenarnya 'energi gelap' itu, sehingga berpaling ke doktrin kuno.
Beberapa sarjana telah menghidupkan kembali konsep 'ether' atau 'quintessence'(Intisari-unsur ke-5) filsuf Yunani kuno. Menurut orang zaman dahulu kala, ether adalah suatu unsur yang murni dan berasal dari surga yang berkesinambungan, berbeda dengan ke-4 unsur lainnya yang membentuk dunia.
Dalam sebuah artikel terkait NASA mengatakan, "Jika ether adalah energi gelap, kita tidak tahu bagaimana rupanya, kita juga tidak tahu materi apa yang berinteraksi dengannya, dan lebih tidak tahu lagi mengapa ia bisa eksis. Karena itu, energi gelap yang akan berkelanjutan merupakan sebuah misteri."
Teori ether modern akan menjadikannya sebagai suatu energi yang terus berubah di lokasi dan waktu yang berbeda. Einstein juga pernah menyebutkan suatu energi ruang yang terjadi dengan cara yang tidak pernah kami amati. Sampai ketika para sarjana mulai meneliti pengembangan alam semesta, mereka baru menyadari bahwa teori gravitasi Einstein mungkin perlu direvisi. Teori gravitasi yang ada sekarang mungkin tidak bisa secara akurat menggambarkan daya tarik antara objek.
Dalam sebuah artikel dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics yang diberikan kepada NASA mengatakan, "Para sarjana umumnya enggan merevisi hukum fisika yang ada sekarang, terutama teori gravitasi Einstein. Namun, beberapa ilmuwan terkemuka kini sedang memeriksa kemungkinan perlunya revisi terhadap teori (Einstein) yang dihormati ini."
Artikel itu lebih lanjut menyebutkan, tidak peduli apa itu energi gelap, namun, massanya yang sudah diketahui menempati 68% di alam semesta. Sedangkan massa misterius (dark matter) lainnya menempati 27%, menyisakan segudang masalah bagi kita. Kita hanya bisa menyelami massa yang hanya tersisa 5% itu. Ini juga hanya suatu gambaran terhadap alam semesta yang sudah diketahui. Alam semesta kemungkinan juga merupakan sebutir pasir yang luas di padang pasir. (joni/rahab)