Hujan Salju Di Luar Angkasa

July 29, 2016
Hujan Salju Di Luar Angkasa
Ketika bintang-bintang masih muda, mereka sering dikelilingi oleh piringan debu dan gas yang membentang selama miliaran mil, dari mana planet dapat lahir. Bagian ini, dimana air berubah dari gas menjadi es, disebut garis salju air. Ini adalah foto artistik tentang garis salju air di sekitar bintang muda V883 Orionis. 

Tidak hanya di bumi, tampaknya badai salju juga ada di ruang angkasa. Untuk pertama kalinya para astronom telah melihat campuran es, air dan salju di dalam piringan debu dan gas mengelilingi sebuah bintang muda.

Akan tetapi di bumi salju dapat berarti hari yang licin dan penyebab kekacauan di jalan-jalan, di ruang angkasa hal ini merupakan bagian mendasar dari pembentukan planet-planet.

Ketika bintang-bintang masih muda, mereka sering dikelilingi oleh piringan debu dan gas yang membentang selama miliaran mil, dari mana planet-planet dapat lahir. Karena panas dari bintang tersebut, air yang terlalu dekat dengan bintang itu sendiri akan menjadi gas, namun setelah jarak tertentu transisi perubahan air dari gas langsung menjadi es padat, karena tekanan rendah.

Hujan Salju Di Luar Angkasa
Foto dari piringan pembentuk planet di sekitar bintang muda V883 Orionis yang diperoleh Alma, (kiri), dengan orbit planet Neptunus dan Pluto di tata surya kita ditunjukkan untuk skala, (kanan). Cincin gelap di pertengahan melewati piringan tersebut adalah garis salju air, di mana suhu dan tekanan turun cukup rendah untuk es air terbentuk. 

Di mana transisi tersebut membutuhkan tempat yang disebut ‘garis salju air’ dan penelitian baru ini adalah pertama kalinya peristiwa itu tertangkap kamera.

Di dalam garis salju air ini dimana air menguap, dan planet-planet kecil seperti yang kita miliki diyakini terbentuk. Di luar garis salju air, keberadaan air es memungkinkan bola-bola salju kosmik terbentuk, yang akhirnya akan membentuk planet-planet gas besar seperti Jupiter.

Biasanya piringan yang mengelilingi bintang-bintang muda tersebut, atau ‘cakram protoplanet’, tidak cukup besar bagi garis salju air ini untuk diamati dengan menggunakan teleskop. Namun para peneliti menemukan sebuah bintang yang tidak biasa, disebut V883 Orionis, yang mereka temukan memiliki cakram protoplanet yang membentang hingga 40 kali jarak antara bumi dan matahari, atau dikenal sebagai 40 unit astronomi.

Hujan Salju Di Luar Angkasa
Ketika bintang-bintang masih muda, mereka sering dikelilingi oleh piringan debu dan gas yang membentang selama miliaran mil, dari mana planet dapat lahir. Biasanya piringan yang mengelilingi bintang-bintang muda, atau ‘cakram protoplanet’ (foto karya seniman) tidak cukup besar bagi garis salju air tersebut untuk diamati dengan menggunakan teleskop. 

Menurut tim peneliti, itu adalah 3,7 miliar mil (6 miliar km), yang kira-kira jarak antara matahari dan Pluto. Peregangan cakram tersebut disebabkan oleh peningkatan dramatis dalam kecerahan bintang itu. Bintang, yang berada di konstelasi Orion, adalah samar sehingga hanya dapat dilihat dengan teleskop. Karena cakram itu begitu besar, para peneliti baru bisa melihat garis salju air tersebut.

Kecemerlangan yang mendadak yang dialami V883 Orionis adalah contoh dari apa yang terjadi ketika sejumlah besar materi dari cakram yang mengelilingi sebuah bintang muda tersebut jatuh ke permukaannya.

Menurut tim yang dipimpin oleh para peneliti dari Universidad Diego Portales di Santiago, Chili, yang menggunakan teleskop Attacama Large Millimetere Array (Alma) di Chili untuk mempelajari bintang tersebut, V883 Orionis hanya 30 persen lebih besar dari matahari, namun ledakan yang dialami tersebut membuatnya 400 kali lebih terang, dan jauh lebih panas.

“Pengamatan ALMA menjadi sebuah kejutan bagi kami. Pengamatan kami dirancang untuk mencari fragmentasi cakram yang mengarah ke pembentukan planet. Kami tidak melihat satupun, sebaliknya, kami menemukan apa yang tampak seperti cincin pada 40 au,” kata pemimpin penulis, Profesor Lucas Cieza.
Previous
Next Post »