Jiwa Tidak Mati, Ilmuwan Buktikan Lewat Mekanika Kuantum

June 10, 2014
Jiwa Tidak Mati, Ilmuwan Buktikan Lewat Mekanika Kuantum
Profesor Robert Lanza dari Fakultas Kedokteran di Wake Forest University, North Carolina, AS, membuktikan bahwa “jiwa tidak mati” dengan ilmu mekanika kuantum. (Getty Images)

Apa yang menandai kematian seseorang? Berakhirnya segala sesuatu? Atau dimulainya perjalanan sebuah jiwa baru?

Meskipun di kalangan masyarakat maupun kultivator beranggapan bahwa jiwa (roh) tidak musnah atau mati, dan juga yang percaya pada reinkar­nasi, namun ilmu pengetahuan masih terus menyangkalnya karena tidak bisa menemukan bukti.

Jiwa tidak mati, pemahaman baru ilmu pengetahuan

Belum lama ini Profesor Robert Lanza, seorang ilmuwan Amerika Serikat yang berhasil membuk­tikan bahwa jiwa tidak mati dengan menggunakan ilmu mekanika kuantum dan teorinya tersebut telah diberitakan secara luas di berbagai media massa dunia. Hal ini menjadi sorotan masyarakat luas, dan se­cara tidak langsung membuktikan pemahaman yang telah lama ada di kalangan kultivasi.

Profesor Robert Lanza, dosen di Fakultas Kedokteran Wake Fo-rest University, North Carolina, AS lewat penelitiannya menemukan dalam ilmu mekanika kuantum cu­kup membuktikan bahwa setelah meninggal seseorang tidak sirna, kematian hanyalah ilusi yang dise­babkan oleh tingkat kesadaran ma­nusia.

"Saat jantung seseorang berhenti berdetak dan aliran darah berhenti mengalir, adalah kondisi dimana elemen ma­teri dalam keadaan berhenti, sinyal kesadaran manusia masih berfung­si, atau dengan kata lain, selain ke­giatan fisik, masih ada 'informasi kuantum' yang melampaui aktivi­tas fisik, atau dengan bahasa awam disebut jiwa," kata Lanza.

Lanza juga mengemukakan teo­ri Biocentrism untuk mendukung pandangannya tersebut: makhluk hidup menciptakan alam semesta, adanya kesadaran seseorang baru akan ada alam semesta, kehidupan yang konkrit dan makhluk hidup adalah pusat dari dunia yang se­benarnya, kemudian baru akan ada alam semesta. Alam semesta sendiri pada dasarnya tidak bisa menciptakan kehidupan. Kesadaran membuat dunia menjadi lebih ber­makna, waktu dan ruang hanyalah perangkat kesadaran manusia. Pan­dangan terhadap alam semesta se-perti ini sangat menyerupai pema­haman dalam agama dan kalangan kultivasi terhadap alam semesta, yakni kesadaran Sang Maha Pen­cipta yang menciptakan alam se­mesta dan kehidupan.

Penemuan Lanza ini membuat silang pendapat antara "paham ma­terialisme" dengan "paham spiri­tualisme" menjadi tidak bermakna sama sekali, dari satu sisi mem­buktikan kebenaran dalam prinsip di tengah kalangan kultivator yak­ni "materi dan spirit berkarakter sama".

Orang yang memeluk agama/ kepercayaan memercayai bahwa jiwa (roh) itu tidak mati, atau ada yang percaya pada reinkarnasi, dan tidak sedikit orang pernah mengalami mati suri (mati lalu hidup kembali). Dua tahun lalu, fisikawan Inggris bernama Roger Penrose bersama Profesor Stuart Hamerove, wakil ketua Awareness Research Center dari Arizona State University, AS telah berhasil mem­buktikan kebenaran pengalaman mati suri.

Mereka mengemukakan, saat seseorang meninggal dunia substansi kuantum yang memben­tuk roh, kemudian meninggalkan sistem saraf dan memasuki alam semesta, pada saat itu terjadilah pengalalaman mendekati ajal. Saat pasien mengalami saat-saat kema­tian itu, roh meninggalkan tubuh fisik dan kembali ke alam semesta, jika pasien siuman kembali, rohnya juga masuk kembali ke dalam tu­buh fisik.

Profesor Hamerove lebih lan­jut berpendapat, roh terbentuk dari materi yang paling mendasar dari alam semesta, yang mungkin eksis secara bersamaan dengan waktu. Sedangkan otak manusia hanya semacam alat penerima dan pem­besar pada kesadaran seseorang (suatu struktur yang terdapat di dalam dimensi yang telah ada). Pemahaman Hamerove ini juga cukup mendekati prinsip di kalangan kultivasi. Dalam dunia kulti­vasi, otak dianggap sebagai sebuah pabrik yang pada dasarnya tidak menghasilkan kesadaran pikiran, fungsi utamanya adalah menerima informasi dari alam semesta yang diubah menjadi bahasa untuk ke­mudian diekspresikan. Lalu dimanakah letak roh terse­but?

Menurut Profesor Lanza, roh tidak hanya dapat eksis di alam se­mesta kita ini, tapi juga bisa eksis di alam semesta lainnya. Energi dari kesadaran roh mungkin akan dipanggil kembali untuk dimasuk­kan pada tubuh fisik yang lain pada titik tertentu. Di saat yang sama, roh tersebut eksis di dunia nyata tertentu di luar tubuh fisik tersebut, yang sangat mungkin merupakan alam semesta yang lain. Ungkapan ini pun membuktikan kebenaran re­inkarnasi dari sudut pandang ilmu pengetahuan.

Jiwa Tidak Mati, Ilmuwan Buktikan Lewat Mekanika Kuantum
KIRI: Fisikawan Inggris, Roger Penrose, mengemukakan, saat seseorang meninggal dunia, substansi kuantum yang membentuk roh kemudian meninggalkan sistem syaraf dan memasuki alam semesta, pada saat itu terjadilah kematian. TENGAH: Profesor Robert Lanza dari Fakultas Kedokteran di Wake Forest University, North Carolina, AS, membuktikan bahwa “jiwa tidak mati” dengan ilmu mekanika kuantum. KANAN: Profesor Hamerove lebih lanjut berpendapat, roh terbentuk dari materi yang paling mendasar di alam semesta, yang mungkin eksis secara bersamaan dengan waktu. Sedangkan otak manusia hanya semacam alat penerima dan pembesar pada kesadaran seseorang. (Getty Images)

Jiwa Tidak Mati, Definisi Di Ka­langan Kultivasi Sejak Dulu
Roh yang disebut oleh ma­syarakat Barat, dikenal dengan istilah Yuan Shen (jiwa primer) di kalangan kultivasi Timur. Baik di kalangan aliran Buddha maupun aliran Tao, menganggap Yuan Shen tidak mati. Matinya suatu kehidupan hanyalah kematian pada tubuh fisiknya saja, sedangkan Yuan Shen akan kembali terlahir lagi, mema­suki perjalanan hidup yang lain. Dan bukan hanya manusia saja yang memiliki Yuan Shen, makhluk hidup apa pun memiliki roh (Yuan Shen). Hal ini juga sudah dibukti­kan secara ilmiah sejak lama.
Perbedaan terbesar ketika kalangan kultivasi dan ilmu­wan menelaah misteri kehidupan adalah: kalangan kultivasi menga­mati alam semesta dari pandangan mikro hingga keseluruhan pandangan makro, melihat keseluruhan bidang/ tingkatannya, dan bukan hanya melihat pada suatu titik. Sedangkan metodologi pada ilmu pengetahuan adalah memulai dari satu titik (seperti: molekul), lalu dilakukan penelitian semakin men­dalam (dari molekul, kemudian atom, lalu inti atom, proton, dan seterusnya) .
Jadi di kalangan kultivasi dike­nal, seluruh lapisan molekul adalah satu dimensi, atom yang memben­tuk molekul adalah suatu dimensi lain yang lebih besar dan lebih makro lagi. Itu sebabnya, disaat sebuah kehidupan mati, itu hanyalah terurainya struktur molekul di bagian terluar jasadnya saja, tubuh di tingkatan yang lebih mikro lagi (yang terbentuk oleh atom) masih tetap eksis di dalam dimensi atom yang membentuknya.
Sementara Yuan Shen (jiwa primer), di kalangan kultivasi jus­tru dipandang sebagai kehidupan abadi yang sebenarnya, baik itu tubuh fisik manusia, atau jasad hewan maupun tumbuhan, hanya merupakan media yang ditempati oleh Yuan Shen saja, sebagai tem­pat roh itu berdiam selama menyelesaikan misi di dalam alur kehidupannya. Inilah yang disebut reinkarnasi. Di kalangan kultivasi beranggapan, sebuah Yuan Shen (roh), apakah akan turun ke neraka untuk menerima hukuman, atau akan terlahir kembali menjadi ma­nusia atau hewan atau tumbuhan, semua itu diputuskan oleh makhluk tingkat lebih tinggi sesuai dengan perilaku kebaikan atau kejahatan yang dilakukan oleh roh tersebut.
Dalam hal ini, penulis lepas bernama Zhuge Mingyang ber­kata, "Topik jiwa tidak mati adalah suatu topik yang maha besar, yang melibatkan kehidupan, alam semesta, moral dan etika, serta berbagai bidang yang melampaui ilmu pengetahuan manusia.Meskipun pembuktian oleh Lanza dan kawan-kawan ten­tang jiwa yang tidak mati itu belum tentu sepenuhnya benar, namun jelas hal ini memiliki makna yang sangat berarti, dan berhasil memecahkan berbagai pantangan di te-ngah kalangan ilmuwan, dan mem­buat orang kembali berpikir akan sumber dari kesadaran pikiran kita ini, makna dan asal kehidupan kita yang sebenarnya, hubungan antara manusia dengan alam semesta, se­bab akibat berbagai perbuatan baik dan jahat, dan lain sebagainya." (sud/rahmat)

Previous
Next Post »